Subscribe:

Ads 468x60px

Chitika

Minggu, 11 September 2011

SEIMBANG ANTARA DUA NIKMAT ALLAH



Allah telah menciptakan dua nikmat yang sangat berlimpah karunia di dalamnya kepada seluruh makhluk-Nya, membuktikan betapa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dua nikmat itu tiada lain adalah nikmat negeri akhirat dan nikmat di dunia, seperti firmanNya yang tertuang dalam Q.S. Qashah/ 28 : 77 yang artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. 28: 77)

Dari firman Allah dalam Q.S. Qashash/ 28: 77 di atas telah jelas bahwa anugerah Allah berupa kebahagiaan negeri akhirat dan kebahagiaan dunia diperuntukkan untuk semua makhluk-Nya. Dalil naqli tersebut dapat dijadikan acuan manusia pada umumnya dan umat Islam khususnya untuk dapat seimbang dalam meraih keduanya.

Negeri akhirat merupakan suatu tempat sebagai tujuan terakhir, sifatnya kekal dan segala yang ada di dalamnya nyata sesuai janji Allah. Seorang muslim wajib mengimaninya.

Sedangkan dunia merupakan suatu tempat, di mana manusia dapat menentukan nasibnya ke depan ketika mereka telah kembali ke kehidupan yang kekal di negeri akhirat. Nasib manusia ditentukan dengan cara menilai bagaimana manusia itu menghabiskan masa hidupnya di dunia. Dunia dapat menjadi ladang amal, namun dapat pula sebaliknya yaitu menjadi ladang maksiat, dapat menjadi tempat persinggahan yang indah dan penuh petunjuk serta rahmat, namun dapat pula menjadi tempat persinggahan yang buruk dan menyesatkan. Semua itu tergantung amalan yang manusia kerjakan selama hidupnya di dunia.

Dunia dan akhirat adalah dua tempat yang tidak dapat dipisahkan hubungannya, ibaratnya dunia adalah tempat persinggahan manusia di saat mereka berjuang untuk dapat kembali menuju tempat hidupnya yang kekal di akhirat, tergantung jalan apa yang mereka tempuh.

Manusia tidak dibenarkan hidup di dunia dengan hanya mementingkan tujuan akhirat secara mutlak dan tunggal sehingga mereka melupakan kehidupan di dunia dengan segala nikmat duniawi yang Allah anugerahkan untuknya. Begitu juga sebaliknya, manusia sangat tidak dibenarkan hanya mementingkan kehidupan duniawi hingga melupakan bahwa setiap saat malaikat maut senantiasa mengincarnya, menunggu hingga Allah mengutusnya untuk mencabut nyawanya.

Manusia yang hanya mementingkan keduniaan akan menjadi manusia yang serakah, sombong dan tidak mensyukuri nikmat-nikmat yang telah Allah limpahkan kepadanya. Dia melupakan ibadah-ibadahnya, lupa bahwa setiap nikmat yang diperolehnya, di dalamnya ada hak-hak orang-orang miskin, anak yatim, dan semua orang yang tidak seberuntung dia. Manusia yang hanya mementingkan keduniaan selama hidupnya hanya diperuntukkan untuk berfikir bagaimana cara mendapatkan harta sebanyak-banyaknya, hingga manusia lalai dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Contoh yang nyata adalah perbuatan para koruptor.

Sebaliknya, manusia yang hanya mementingkan kehidupan akhirat saja, mereka akan menjadai manusia yang tidak peduli dengan kehidupannya di dunia. Mereka menganggap bahwa yang akan mereka kejar hanyalah kehidupan yang kekal yaitu kehidupan akhirat. Manusia yang berfikiran seperti itu menimbulkan beberapa dampak sebagai berikut:

1.        Kurangnya semangat berusaha untuk menjadi manusia yang lebih maju. Yang difikirkannya hanyalah beribadah dan terus beribadah. Bagi mereka ibadah adalah hubungan secara langsung kepada Allah, sehingga ibadahnya yang berhubungan dengan keduniawian mereka abaikan, misalnya seorang kepala keluarga yang mempunyai kewajiban mencari nafkah untuk keluarganya.
2.        Menumbuhkan sifat fanatik sempit. Mereka tidak mau berbaur dan bergaul kepada selain Islam, bahkan mereka dapat sangat membenci dan memusuhinya, dan yang paling parah adalah mereka bermaksud untuk memusnahkannya, seperti banyak kasus bom yang telah terjadi di Indonesia. Baginya manusia non muslim adalah penyebab dari segala kerusakan.

            Dalam Q.S. Qashash: 77, dapat diambi beberapa makna, yaitu antara lain Allah telah menganugerahkan limpahan nikmat, sehingga sebaiknya seorang muslim dapat menjadi muslim yang kaya, kemudian memanfaatkan harta kekayaannya untuk memperjuangkan agama Allah. Sebagai seorang muslim, tidak perlu menjadi muslim yang beranggapan bahwa kenikmatan duniawi tidaklah penting lalu meninggalkan kenikmatan-kenikmatan duniawi, dan hidupnya hanya terfokus untuk kehidupan akhirat, tidak dapat menyeimbangkan antara keduanya. Selain itu, manusia harus menjalankan setiap kewajibannya kepada Allah, serta dapat menjadi khalifah fil ardhi, menjaga keselamatan bumi, bukan justru murusaknya.

            Manusia dituntut untuk menjadi hambaNya yang dapat hidup seimbang dalam kepentingan dunia dan akhiratnya, menjalankan setiap kewajibannya kepada Allah dengan benar. Seorang muslim diharuskan berusaha untuk menjadi manusia yang kuat di dunia dan memanfaatkan kekuatannya tersebut di jalan Allah. Dunia dijadikan ladang amal untuk dapat meraih kebahagiaan yang kekal di negeri akhirat kelak.
 

0 komentar:

Posting Komentar

TAK ADA MANUSIA YANG SEMPURNA, KARENA MANUSIA ADALAH TEMPAT SALAH DAN LUPA,,please leave comment,,thanks