Subscribe:

Ads 468x60px

Chitika

Minggu, 22 Mei 2011

Nabi ismail (pengantar studi islam)

Nabi Ibrahim yang berhijrah meninggalkan Mesir bersama Sarah dan Hajar istrinya sampai ketujuannya Palestina. Ia membawa serta semua binatang ternak dan harta miliknya yang telah diperoleh sebagai hasil usaha di Mesir. Untuk suatu hikmah yang belum diketahui dan disadari oleh Nabi Ibrahim, Allah mewahyukan Ibrahim agar memenuhi keinginan dan permintaan Sarah istrinya untuk menjauhkan Hajar dan Ismail darinya. Akhirnya berangkatlah Nabi Ibrahim bersama Hajar dan Ismail meninggalkan rumah. Mereka pergi tanpa tujuan dengan naik unta hanya berserah diri kepada Allah yang memberi arah kepada binatang tunggangannya.


Setelah itu Ibrahim akan meninggalkan Hajar dan Ismail putranya untuk kembali ke Palestina dimana istrinya Sarah dan putra keduanya Ishaq sedang menanti. Hajar sangat sedih dan cemas ketika akan ditinggalkan Ibrahim. Ia memohon untuk tidak ditinggalkan seorang diri di tempat yang tiada manusia, binatang, pohon ataupun air mengalir. Sebenarnya Nabi Ibrahimpun tidak tega meninggalkan Hajar dan putranya yang sangat dicintainya akan tetapi ia berusaha meyakinkan Hajar bahwa apa yang dilakukannya itu adalah kehendak Allah yang tentu mengandung hikmah yang terselubung. Ia sadar bahwa Allah pasti akan melindungi Ismail dan ibunya dari segala kesukaran dan penderitaan.

Dalam perjalanan pulang ke Palestina Nabi Ibrahim tidak henti-hentinya berdoa memohon kepada Allah perlindungan, rahmat dan berkah serta karunia riski bagi putra dan istri yang ditinggalkannya ditempat terasing itu. Sepeninggal Ibrahim berdiamlah Hajar dan putranya (Ismail) di tempat yang terpencil dan sunyi itu. Ia harus menerima nasib yang telah ditakdirkan oleh Allah dengan kesabaran dan keyakinan penuh akan perlindungan-Nya. Sedikit makanan dan minuman yang dibawanya dalam perjalanan, akhir habis dimakan. Mulailah terasa oleh Hajar beratnya beban hidup yang harus ditanggung sendiri tanpa bantuan suami. Sang putra mulai merasa kelaparan dan tidak henti-hentinya menangis. Sang ibu menjadi panik, bingung dan cemas mendengar tangis anaknya. Ia menoleh kekanan dan kekiri serta lari kian kemari mencari sesuap makanan/seteguk air tapi usahanya sia-sia. Iapun pergi berlari ke bukit Shafa kalau-kalau ia bisa menemukan sesuatu yang dapat menolong tapi hanya batu dan pasir yang didapatinya. Kemudian dari atas bukit Shofa ia melihat bayangan air mengalir dari atas bukit Marwah lalu ia berlari menuju ketempat itu tetapi ternyata yang disangkanya itu hanya fatamorgana belaka. Hajar mondar-mandir berlari dari bukit Shofa dan Marwah sampai 7 kali dan pada akhirnya dia duduk termenung merasa penat dan hampir putus asa.


Tiba-tiba datanglah malaikat Jibril kepadanya dan bertanya-tanya, Siapakah sebenarnya engkau ini ? Hajar menjawab, “Aku adalah hamba sahaya Ibrahim,” “Jibril bertanya lagi kepada siapa engkau dititipkan disini ?” Hajar menjawab, “Hanya kepada Allah.” Lalu Jibril berkata “jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada zat yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih, yang akan melindungimu dan tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan ayah putramu. Diajaklah Hajar ke suatu tempat Jibril menginjakkan  kakinya keras-keras diatas tanah lalu memancarlah dari bekas telapak kaki itu air yang jernih dengan kuasa Allah. Itulah mata air zam-zam. Alangkah gembiranya dan lega dada Hajar melihat mata air yang memancarkan itu. Ia lalu membasahi bibir putranya dengan air itu, dan ia melihat wajah putranya segar kembali, demikian pula ia sangat bahagia dengan datangnya mukjizat dari Allah. Allah telah mengembalikan kesegaran hidup kepadanya dan kepada putranya setelah dibayang-bayangi kematian karena kelaparan yang mencekam dada.

Air yang memancar itu akhirnya menarik burung-burung beterbangan karena mengelilingi daerah itu dan hal itu diperhatikan oleh sekelompok bangsa Arab dari suku Jurhum yang sedang memantau dan berkemah disekitar Mekkah. Akhirnya mereka mengetahui dari pengalaman bahwa di mana ada burung diudara niscaya dibawah terdapat air, lalu diutuslah beberapa orang untuk mencari tempat tersebut kemudian utusan itu kembali membawa berita gembira kepada kaumnya bahwa terdapat mata air dan mereka pindah untuk berkemah disekitar zam-zam dan disambut dengan senang hati oleh Hajar.


Untuk memenuhi rasa rindu kepada putra yang ia sayangi maka Nabi Ibrahim pergi ke Mekkah untuk mengunjungi Ismail. Pada suatu hari Nabi Ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail. Karena mimpi seorang Nabi adalah cara turunnya wahyu, maka perintah yang diterima dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Ia duduk termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang telah dikaruniai putra yang sejak lama diharapkan dan didambakan, sebagai putra yang akan menjadi pewaris dan penyambung keturunan, tiba-tiba harus dijadikan kurban dan harus direnggut nyawannya ditangannya sendiri tentu bukan masalah yang mudah tetapi sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah, dan pembawa agama yang harus menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dan taat pada Allah, maka ia harus menjalankan segala perintahnya.

Akhirnya Nabi Ibrahim menyampaikan kepada putranya apa yang Allah perintahkan. Ketika diberitahu oleh ayahnya Ismail tanpa ragu-ragu menyuruh ayahnya segera melaksanakan perintah Allah tersebut. Ia hanya berpesan kepada ayahnya agar mengikatnya kuat-kuat, agar tidak banyak bergerak sehingga tidak merepotkan saat penyembelihan, melepaskan pakaiannya agar tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalanya dan terharunya ibunya. Lalu menyuruh menajamkan paran dan percepat penyembelihan agar penderitaan dan rasa pedihnya berkurang. Lalu perkataan itu diberikan kepada ibunya sebagai kenang-kenangan.

Saat penyembelihan tiba dengan memejamkan mata parang diletakkan pada leher Ismail, saat itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah dan kewajiban seorang rasul. Penyembelihan itu akhirnya dilaksanakan tetapi parang yang tajam itu menjadi tumpul. Ketika merasa bahwa parang itu tidak mempan memotong leher Ismail, Nabi Ismail memohon kepada bapaknya untuk disembelih dalam keadaan menelungkup, mata Ibrahim ditutup lalu Ibrahim harus memperkirakan arah mana pedang yang tajam itu dipukulkan supaya tepat pada leher Ismail lalu terpancarlah darah kebadan Ibrahim, ia bergetar memegang putranya yang tahan cerai antara kepala dan badan ketika dibuka tutup matanya ia sangat kaget ternyata Ismail tidak tersembelih malah seekor kibaslah yang tersembelih.

Nabi Ismail pertama kali menikah dengan gadis dari Bani Jurhum akan tetapi tidak berlangsung lama karena gadis itu selalu mengeluh tentang keadaan rumah tangga dan kehidupannya yang melarat. Dan yang kedua dia juga menikagi gadis dari Bani Jurhum. Ia adalah seorang yang ramah, tidak pernah merasa resah ataupun mengeluh walaupun keadaan rumah tangganya itu sangat sulit/melarat dan Nabi Ibrahim menasehati Nabi Ismail untuk tetap mempertahankan rumah tangganya.

Nabi Ibrahim dan Ismail Membangun Ka’bah

Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk membangun Ka’bah diatas sebuah anak bukit ia menceritakannya kepada Ismail dan Ismail bersedia untuk membantu. Pertama-tama mereka menyiapkan alat dan bahan bangunan yang digunakan. Tanah digali untuk landasan bangunan. Tembok dibangun hingga mencapai ketinggian. Dengan sangat giat mereka saling tolong menolong sehingga bangunan Ka’bah dapat selesai dan bediri tegak sesuai perintah Allah swt.

Studi Islam Nabi Ismail as
Ditinjau dari segi

Psikologi
Nabi Ismail adalah contoh/teladan yang baik karena ia adalah seorang anak yang saleh, taat kepada Allah dan kepada orang tuanya

Nabi Ismail adalah seorang yang tegas, ikhlas, pemberani hal ini ditunjukkan ketika beliau masih kecil beliau tidak didampingi seorang ayah dan ketika ayahnya (Nabi Ibrahim) menceritakan tentang mimpiinya ia berani berkorban karena dilandasi oleh cinta dan taatnya kepada perintah Allah swt.

Sosial

Nabi Ismail adalah seorang yang murah hati dan cinta kepada tamu. Ia menerima tamunya dengan wajah seri-seri dan kehormatan yang layak. Hal ini ditunjukkan ketika sekelompok bangsa Arab berpindah untuk mendirikan tenda disekitar sumur zam-zam ia menyambutnya dengan senang hati.

Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu membutuhkan makhluk lain oleh karena itu harus saling tolong menolong antar sesama. Hal ini seperti digambarkan ketika Nabi Ismail masih kecil beliau mengalami kelaparan dan kehausan maka ibunya berusaha untuk mencarikan makanan pun minuman untuknya

Qurban adalah salah satu contoh bahwa kita harus bisa berbagi dengan sesama

Ekonomi

Untuk mendapatkan sesuatu hal dalam memenuhi kebutuhan hidup maka kita harus berusaha/bekerja terlebih dahulu. Hal ini digambarkan oleh perjuangan Siti Hajar guna memperoleh makanan, minuman buat putranya (Ismail)

Pentingnya memanage keuangan dalam keluarga. Hal ini ditunjukkan oleh kepribadian beliau yang sangat sederhana.

Politik

Sebagai warga negara yang baik kita harus mempunyai sikap rela berkorban membela bangsa dan agama kita. Hal ini seperti ditunjukkan oleh sikap Nabi Ismail, kita harus bisa menjaga persatuan/tidak membeda-bedakan antar suku ditunjukkan oleh Nabi Ismail

Geografi

Arah perjalanan burung diudara dapat memberikan kita petunjuk akan adanya mata air/sumber kehidupan

Arsitektur

Untuk membuat suatu bangunan maka kita harus membuat pondasi yang kokoh terlebih dahulu.

0 komentar:

Posting Komentar

TAK ADA MANUSIA YANG SEMPURNA, KARENA MANUSIA ADALAH TEMPAT SALAH DAN LUPA,,please leave comment,,thanks